Senin, 21 Mei 2012

Refleksi Hidup melalui Retret



Mungkin pembaca pernah mendengar kata retret. Kata retret yang berasal dari bahasa Inggris ini (retreat) dapat diartikan menarik diri atau mengasingkan diri. Jika didefinisikan, artinya kurang lebih menarik diri atau mengasingkan diri dari kesibukan rutin untuk membuat refleksi mengenai kehidupan yang telah dilalui.

Retret adalah kegiatan wajib di sekolah saya. Setiap tahunnya, sekolah kita menyelenggarakan retret bagi siswa/i kelas 12 di Graha Pratista yang berlokasi di Cimahi, Jawa Barat. Retret berlangsung selama 3 hari 2 malam. Meskipun tidak terlalu lama, saya mendapatkan banyak hal-hal bermakna dalam kegiatan ini.

Hari pertama, kita belum benar-benar belajar secara mendalam. Kita hanya dijelaskan mengenai arti retret serta peraturan-peraturan di tempat retret. Selain itu, kita pun diajak bermain games. Retret sebenarnya baru dimulai keesokan harinya.


Hari kedua, kita mengawali kegiatan pada pukul 7 pagi dengan ibadat pagi di kapel. Keheningan dan udara yang dingin seolah membuai untuk kembali terlelap bagi sebagian anak. Namun, justru inilah waktu yang paling tepat untuk merenungkan makna kehidupan. Bacaan-bacaan Kitab Suci dan lagu-lagu rohani diiringi petikan gitar terasa menyesap ke dalam batin, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan bertakwah kepada-Nya. Ibadat pagi ini pun selesai setelah setengah jam berlalu.

Selesai berdoa, kita pun menikmati sarapan yang telah disediakan. Kemudian, kegiatan pun dilanjutkan dengan membuat refleksi secara berkelompok. Setelah itu, sesi kedua dari retret (sesi pertama yaitu penjelasan tentang retret kemarin) yang membahas tentang aborsi pun dilangsungkan.

Sesi kedua ini diawali dengan pemutaran film mengenai aborsi yang dibahas dari sudut pandang seorang mantan dokter aborsi. Pertama-tama, saya pikir film ini akan berdarah-darah. Saat diperlihatkan proses aborsi melalui pantauan USG dan bayi hasil aborsi, memang menyayat hati sih, tetapi berdarah-darahnya ternyata tidak seheboh film horor…hahaha

Setelah sesi mengenai aborsi –langsung saya lanjutkan ke sesi ketiga- kita membahas mengenai ketakutan. Yang paling menarik dalam sesi ini adalah setiap orang diberikan kertas untuk ditulisi hal-hal yang menimbulkan ketakutan. Romo lalu membaca “ketakutan-ketakutan” setiap siswa/i kelas 3 SMA Damai. Hasilnya? Hampir semua anak takut akan UAN dan tidak lulus.

Seusai mengulas ketakutan, kita membahas mengenai sesuatu yang amat menarik bagi muda/i. Tentang apakah itu? Tentang sesuatu yang kita kejar, yaitu cita-cita. Romo pun kembali mengadakan survei. Setiap anak diminta untuk menuliskan cita-citanya beserta alasan, hal yang mendukung serta hal yang kurang mendukung. Romo lalu membacakan beberapa cita-cita yang dianggap menarik tanpa menyebutkan nama si penulis. Bermacam-macam sih, tetapi intinya semua anak bercita-cita untuk berhasil dengan jalan yang dipilihnya.

Selesai sesi ketiga, kita mendapat waktu bebas yang cukup panjang hingga selesai makan malam. Sesi pun kembali dilanjutkan malam harinya.

Sesi keempat ini membahas mengenai bagaimana kita menyikapi hidup ketika cobaan datang menghadang. Dalam sesi ini, kita diajak menonton film mengenai suatu kesaksian seseorang yang dirundung masalah berat tetapi akhirnya berhasil bangkit kembali. Filmnya singkat sih, tetapi makna yang terkandung amat dalam.
Dari sesi ini, yang paling saya ingat adalah analogi mengenai kehidupan dengan koper. Mungkin ceritanya tidak sama persis, tetapi intinya kurang lebih seperti ini.

Mengarungi kehidupan ini bagaikan seorang backpacker yang selalu bertualang. Sepanjang petualangan kita, kita pasti membawa koper. Namun, seiring dengan banyaknya perjalanan yang dilakukan, koper itu semakin lama semakin berat hingga kita pun kelelahan untuk membawanya. Apa yang akan pembaca lakukan jika mendapati keadaan seperti itu? Pastinya satu, membongkar koper dan membuang barang-barang yang tidak diperlukan. Barang-barang yang tidak diperlukan dan hanya memberatkan koper itu antara lain adalah kenangan yang buruk, kebencian, dendam, serta sirik. Jadi, dengan membuang “sampah-sampah” itu, kita baru dapat kembali melanjutkan petualangan kita dengan lebih ringan dan bebas.

Setelah selesai sesi keempat, acara puncak retret ini pun dimulai. Kita semua dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 7-8 orang. Dalam kelompok kecil ini, setiap orang akan diminta untuk membaca renungan serta sharing pengalaman  atau mungkin ganjalan dalam hati. Jika ada teman yang sharing, teman yang lain akan mendoakan teman itu. Setelah itu, kita diminta untuk membakar kertas yang bertuliskan kenangan-kenangan buruk kita sebagai simbolisasi untuk membuang “sampah” dalam “koper” kita.

Sebenarnya sharing dijadwalkan berakhir pada pukul 12 tengah malam. Namun, kita selesai lebih cepat dari yang diperkirakan. Jadi, kita semua bisa tidur lebih awal.

Hari terakhir retret, sama seperti pagi kemarin, kita mengawali hari dengan ibadat pagi di kapel. Setelah ibadat yang khusyuk itu, waktunya bagi kita untuk makan pagi. Setelah mengisi “tenaga”, sesi terakhir pun segera dimulai.

Dalam sesi terakhir ini, kita diajak menonton sebuah film biografi mengenai tokoh terkenal bernama Helen Keller. Pembaca mungkin pernah mendengar tentang kisah hidupnya. Bagi yang belum pernah, Helen Keller adalah seorang penulis terkenal meskipun sejak kecil ia menderita buta, tuli dan bisu. Film berdurasi 2 jam ini lumayan menarik-saya lupa judulnya apa, yang jelas itu adalah film produksi Disney Pixar. Kita disuguhkan cerita mengenai perjuangan guru Helen yang bernama Anne Sullivan yang pantang menyerah mengajari Helen sampai bisa mengenal kata. Sebuah perjuangan yang menghasilkan sesuatu yang amat berharga!

Setelah menonton film, kita diingatkan waktunya untuk packing. Kemudian, kita diminta untuk mengisi kesan, pesan , kritik dan saran kepada penyelenggara retret Tim Graha Pratista.

Retret ini pun diakhiri dengan ibadat siang serta acara foto-foto bersama. Tak terasa, 3 hari retret telah berlalu dan itu artinya, kembali ke Jakarta! J


Galeri Foto:

Graha Pratista

Kapel di tengah hijaunya dedaunan

Lingkungan Graha Pratista yang asri
Gazebo kecil
Saat sesi berlangsung...
Bergila ria 
 
Foto bersama (3 ipa)


Foto bersama (3 ips-1)

Foto bersama (3 ips-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...