Mungkin pembaca pernah mendengar
kata retret. Kata retret yang berasal dari bahasa Inggris ini (retreat) dapat diartikan menarik diri
atau mengasingkan diri. Jika didefinisikan, artinya kurang lebih menarik diri
atau mengasingkan diri dari kesibukan rutin untuk membuat refleksi mengenai
kehidupan yang telah dilalui.
Retret adalah kegiatan wajib di
sekolah saya. Setiap tahunnya, sekolah kita menyelenggarakan retret bagi
siswa/i kelas 12 di Graha Pratista yang berlokasi di Cimahi, Jawa Barat. Retret
berlangsung selama 3 hari 2 malam. Meskipun tidak terlalu lama, saya mendapatkan
banyak hal-hal bermakna dalam kegiatan ini.
Hari pertama, kita belum
benar-benar belajar secara mendalam. Kita hanya dijelaskan mengenai arti retret
serta peraturan-peraturan di tempat retret. Selain itu, kita pun diajak bermain
games. Retret sebenarnya baru dimulai keesokan harinya.
Hari kedua, kita mengawali
kegiatan pada pukul 7 pagi dengan ibadat pagi di kapel. Keheningan dan udara
yang dingin seolah membuai untuk kembali terlelap bagi sebagian anak. Namun, justru
inilah waktu yang paling tepat untuk merenungkan makna kehidupan. Bacaan-bacaan
Kitab Suci dan lagu-lagu rohani diiringi petikan gitar terasa menyesap ke dalam
batin, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan bertakwah kepada-Nya. Ibadat
pagi ini pun selesai setelah setengah jam berlalu.
Selesai berdoa, kita pun menikmati
sarapan yang telah disediakan. Kemudian, kegiatan pun dilanjutkan dengan membuat
refleksi secara berkelompok. Setelah itu, sesi kedua dari retret (sesi pertama
yaitu penjelasan tentang retret kemarin) yang membahas tentang aborsi pun
dilangsungkan.
Sesi kedua ini diawali dengan
pemutaran film mengenai aborsi yang dibahas dari sudut pandang seorang mantan
dokter aborsi. Pertama-tama, saya pikir film ini akan berdarah-darah. Saat
diperlihatkan proses aborsi melalui pantauan USG dan bayi hasil aborsi, memang menyayat
hati sih, tetapi berdarah-darahnya ternyata tidak seheboh film horor…hahaha
Setelah sesi mengenai aborsi
–langsung saya lanjutkan ke sesi ketiga- kita membahas mengenai ketakutan. Yang
paling menarik dalam sesi ini adalah setiap orang diberikan kertas untuk
ditulisi hal-hal yang menimbulkan ketakutan. Romo lalu membaca
“ketakutan-ketakutan” setiap siswa/i kelas 3 SMA Damai. Hasilnya? Hampir semua
anak takut akan UAN dan tidak lulus.
Seusai mengulas ketakutan, kita membahas
mengenai sesuatu yang amat menarik bagi muda/i. Tentang apakah itu? Tentang
sesuatu yang kita kejar, yaitu cita-cita. Romo pun kembali mengadakan survei. Setiap
anak diminta untuk menuliskan cita-citanya beserta alasan, hal yang mendukung
serta hal yang kurang mendukung. Romo lalu membacakan beberapa cita-cita yang
dianggap menarik tanpa menyebutkan nama si penulis. Bermacam-macam sih, tetapi
intinya semua anak bercita-cita untuk berhasil dengan jalan yang dipilihnya.
Selesai sesi ketiga, kita
mendapat waktu bebas yang cukup panjang hingga selesai makan malam. Sesi pun
kembali dilanjutkan malam harinya.
Sesi keempat ini membahas
mengenai bagaimana kita menyikapi hidup ketika cobaan datang menghadang. Dalam
sesi ini, kita diajak menonton film mengenai suatu kesaksian seseorang yang dirundung
masalah berat tetapi akhirnya berhasil bangkit kembali. Filmnya singkat sih,
tetapi makna yang terkandung amat dalam.
Dari sesi ini, yang paling saya
ingat adalah analogi mengenai kehidupan dengan koper. Mungkin ceritanya tidak
sama persis, tetapi intinya kurang lebih seperti ini.
Mengarungi kehidupan ini bagaikan
seorang backpacker yang selalu
bertualang. Sepanjang petualangan kita, kita pasti membawa koper. Namun,
seiring dengan banyaknya perjalanan yang dilakukan, koper itu semakin lama
semakin berat hingga kita pun kelelahan untuk membawanya. Apa yang akan pembaca
lakukan jika mendapati keadaan seperti itu? Pastinya satu, membongkar koper dan
membuang barang-barang yang tidak diperlukan. Barang-barang yang tidak
diperlukan dan hanya memberatkan koper itu antara lain adalah kenangan yang
buruk, kebencian, dendam, serta sirik. Jadi, dengan membuang “sampah-sampah” itu,
kita baru dapat kembali melanjutkan petualangan kita dengan lebih ringan dan
bebas.
Setelah selesai sesi keempat,
acara puncak retret ini pun dimulai. Kita semua dibagi ke dalam beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari 7-8 orang. Dalam kelompok kecil ini, setiap
orang akan diminta untuk membaca renungan serta sharing pengalaman atau
mungkin ganjalan dalam hati. Jika ada teman yang sharing, teman yang lain akan mendoakan teman itu. Setelah itu,
kita diminta untuk membakar kertas yang bertuliskan kenangan-kenangan buruk
kita sebagai simbolisasi untuk membuang “sampah” dalam “koper” kita.
Sebenarnya sharing dijadwalkan berakhir pada pukul 12 tengah malam. Namun,
kita selesai lebih cepat dari yang diperkirakan. Jadi, kita semua bisa tidur
lebih awal.
Hari terakhir retret, sama
seperti pagi kemarin, kita mengawali hari dengan ibadat pagi di kapel. Setelah
ibadat yang khusyuk itu, waktunya bagi kita untuk makan pagi. Setelah mengisi
“tenaga”, sesi terakhir pun segera dimulai.
Dalam sesi terakhir ini, kita diajak
menonton sebuah film biografi mengenai tokoh terkenal bernama Helen Keller.
Pembaca mungkin pernah mendengar tentang kisah hidupnya. Bagi yang belum
pernah, Helen Keller adalah seorang penulis terkenal meskipun sejak kecil ia menderita
buta, tuli dan bisu. Film berdurasi 2 jam ini lumayan menarik-saya lupa
judulnya apa, yang jelas itu adalah film produksi Disney Pixar. Kita disuguhkan
cerita mengenai perjuangan guru Helen yang bernama Anne Sullivan yang pantang
menyerah mengajari Helen sampai bisa mengenal kata. Sebuah perjuangan yang
menghasilkan sesuatu yang amat berharga!
Setelah menonton film, kita
diingatkan waktunya untuk packing.
Kemudian, kita diminta untuk mengisi kesan, pesan , kritik dan saran kepada
penyelenggara retret Tim Graha Pratista.
Retret ini pun diakhiri dengan
ibadat siang serta acara foto-foto bersama. Tak terasa, 3 hari retret telah
berlalu dan itu artinya, kembali ke Jakarta! J
Galeri Foto:
Graha Pratista |
Kapel di tengah hijaunya dedaunan |
Lingkungan Graha Pratista yang asri |
Gazebo kecil |
Saat sesi berlangsung... |
Bergila ria |
Foto bersama (3 ipa) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar